Tulis Ning Here

Sabtu, 22 September 2012

Cerpen buatan pas MOS


     17 Agustus yang Aneh
Hari ini, aku—dan bejibun murid lainnya, datang ke sekolah —SMP Labschool Kebayoran— memakai baju merah putih dan segala hiasannya. Mau olahraga pagi, baru setelah itu upacara bendera, upacara 17-an. Selain baju merah putih, banyak yang memakai dasi pramuka, lalu di pipi dan di punggung tangannya digambar kotak merak-putih (jadi seperti bendera gitu lho), dan ada juga yang membawa bendera kecil, juga ada yang memakai jubah merah (jadi kayak Suparman=_=).

                                      
Kali ini, saat lari pagi, kami menyanyikan lagu-lagu nasional. Menyanyikan lagu Hari Merdeka, Indonesia Raya, Pada Pahlawan, dan lain-lain. Entah mengapa, hari ini, teman-temanku bernyanyi dan lari dengan semangat sekali. Aku, jadi semangat pula. Sambil berlari, dengan suara yang terputus-putus, dengan napas terengah-engah, dengan gabungan suara fals, serak, dan melengking, dengan birama yang tidak pas, dengan peluh yang bercucuran, dan dengan semangat yang membara bagaikan bara api yang berkobar..
Entah mengapa, hari ini, Senin, 17 Agustus 2011, aku merasa berbeda dari biasanya. Semua tentang negara ini, yang mengalirkan airnya untukku, yang merelakan tubuhnya untuk kukotori, tempat kuinjakkan kakiku di tanahnya. Entahlah, perlahan perasaanku ini berubah. Perasaanku kepadanya, yang tidak sanggup kubantah.
Apa aku mulai mencintainya?
Selesai lari pagi, pastinya ganti baju (ya iyalah). Pakai baju hari Senin (memang hari Senin), lengkap, wajib lengkap. Dari kemeja putih, rok biru panjang, topi, dasi biru, ikat pinggang, sepatu hitam, sampai kaos kaki putih. Mau upacara tentunya. Gak mau nyapu lantai trotoar. Emang trotoar berlantai ??

            “..Baru-baru ini, ada bencana alam gempa di Padang. Meskipun begitu, ya, meskipun banyak bencana alam di Indonesia ini, kita juga patut bangga pada negara kita ini, begitu banyak sumbangan yang disalurkan, iya toh? Ternyata rakyat kita ini peduli pada sesamanya, jadi, kita jangan berpikiran negatif dulu terhadap sesuatu. Kita ambil sisi positifnya, sisi negatifnya bukan berarti dilupakan, tapi sisi negatifnya dipertimbangkan gitu. Kita tidak boleh menilai sesuatu hanya ‘hitam-putih’ saja. Masih ada warna abu-abu, dan banyak warna lain. Itu hanya perumpamaan, mengerti kan maksud saya?..”
“..Dari dulu, sejak Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sejak saat itulah kita akhirnya memperoleh kemerdekaan. Namun, sampai sekarang, kita belum mencapai kemerdekaan sejati. Kita sekarang sedang berada di bawah penjajahan halus. Masih banyak warga negara kita sendiri yang tidak mencintai tanah air kita, ada juga yang ‘berkhianat’ pada negeri kita tercinta ini alias korupsi, masih ada pula yang tidak menghargai budaya negara ini sehingga dicuri oleh negara lain. Mulai sekarang, di ulang tahun tanah air kita ini yang keenam puluh empat, mari kita raih kemerdekaan sejati!!
Mari..
Kita..
Cintai..
Negara..
Ini..
MERDEKA!!”
“MERDEKAA!!!!!”
“Sekian pidato dari saya, maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan, Wabillahi Taufiq wal Hidayat, Wasalamu alaikum warahmatulahi wabarakatuh.” Bapak Kepala Sekolah mengakhiri pidato-nya dengan salam yang segera dijawab oleh warga sekolah muslim yang mendengarnya.
Kok aneh.. perasaan berat apa yang ada di sini? Aku bertanya pada batinku. Pertanyaan yang belum terjawab.
“Kepada, Bendera Merah-Putih, hormat, Grakk!” perintah hormat pada Bendera Merah-Putih itu pun membuyarkan lamunanku.
Lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan Tim Paduan Suara pun mengalun masuk dengan lembut. Yang lain—termasuk aku, ikut mengikuti. Bendera Merah-Putih sedang digerek. Rasanya, bulu kudukku merinding mendengar lagu ini, hatiku bergetar hebat, tubuhku terguncang. Di dada kiriku, rasanya, sakit, ada luka yang mendalam, yang mengiris hatiku..
Di tengah-tengah lagu Indonesia Raya, pikiranku melayang-layang di udara, terbawa angin. Apa lagi yang kupikirkan kalau bukan tanah airku ini, Indonesia. Tentang pahlawan-pahlawan yang gugur dalam perang, yang mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawanya sekalipun untuk negara ini, tentang semua orang yang telah membantu bangsa ini, yang tanpa tanda jasa sekalipun, juga tentang diriku yang hina ini..
Air mataku sudah tidak dapat kubendung lagi. Perlahan, ia jatuh dari pelupuk mata, membasahi pipi yang kering, terus sampai ke dagu, dan menetes, jatuh, ke bawah. Suara seenggukan terdengar di telingaku, suaraku sendiri. Aku, akhirnya sadar akan kesalahan terbesarku selama ini..
Mencintaimu, seumur hidupku, selamanya, tak pernah berubah.. (Mencintaimu, Krisdayanti)
Aku akan tetap SMA di Jepang, hanya untuk menuntut ilmu. Setelah itu, aku akan kembali, membantu membangun negeri ini..
Lalu, perubahan pikiranku pada negara ini, juga merubah pikiranku pada teman-temanku. Entahlah, mungkin aku telah mengubah pikiran negatifku menjadi pikiran positif. Setidaknya itu baik. Sangat baik..
Ya, aku berjanji, aku akan selalu mencintainya. Selama jantung ini masih berdetak, selama darahku ini masih mengalir, selama aku masih mampu bernapas, selama aku masih bisa berjalan, selama itu, aku akan senantiasa mencintainya. Cintaku ini bukan cinta diantara laki-laki dan perempuan, tapi cinta diantara seorang warga negara pada negaranya. Mungkin terdengar klise, tapi aku akan mencoba menepati janjiku ini, janjiku dengan sepenuh hati.
Aku mencintaimu, tanah airku tercinta..
Dan..
Untuk yang terakhir..
Namaku adalah..
*Sfx* (Sound Effects) Jreeeng jreeeng jreeeeng
Indon.. *digampar*

menunjukkan ke Indonesia2 an geto aja.. utk menunjang sisi dramatik *wkwkwk* (udh lah Bel lo sok profesional)
Tentu saja aku langsung ngacir ke kantin, tidak lupa menggosok gigi. LHOHH !!!!Hari itu merupakan hari yang special, setidaknya untukku. Bukan ini hari dimana kucing sialan milik adikku mati. Jelas bukan!!! Ini tentang Indonesia, sebuah negara yang mempunyai rakyat. Emang semua negara mempunyai rakyat. Nah itulah, berarti negara kita tidak kalah dengan negara lain dong. Masak iya ??? ya harus. Liat aja jepang dan korsel, mereka dah jadi negara maju. Bukan karena disana banyak girl band. Tapi disana pemikirannya lebih maju. Indonesia bisa kok, asal para pemuda mau bekerja keras.
Tadi saya liat, seorang bocah dengan lantang dan percaya diri menyanyikan lagu Indonesia raya. Saya kira dia pasti disuruh ngapalin gurunya, kalo gak hapal langsung di lempar pake meja bobrok di belakang kelas. Setelah saya tanya, ternyata dia hapal kapan INDO ultah. Langsung aja gue tepuk tangan , biar dikira perhatian gitu. Dia menyahut, iya dong kak, kita harus ngapalin lagu negara sendiri, daripada ngapalin ukuran celana dalam artis yang gak jelas gitu. Saya sontak kaget, gue mikirnya dia itu emang cinta tanah air atau manusia gebleng. Bayangin aja, dengan lantang nyanyiin lagu kebangsaan dan hormat, tapi bendera yang di hormati memang ada merah putih siihhh, tapi ada tulisan gede, yaitu MELAYANI SEDOT WC. Emang Indonesia ini mau nyedotin tiap rumah di dunia ini apa ? Tapi ambil sisi positif aja, setidaknya anak itu bangga punya negara Indonesia.
          Apakah kita kalah dengan anak kecil yang tidak tahu arti wc itu ? Ingatlah sebelum kau terlambat. Indonesia itu berpotensi.  Gunakanlah potensi yang ada di Indonesia ini. Jangan kau sia-sia kan. Liatlah, dengam gampang negara asing mengambil kekayaan Indonesia, apakah kalian rela melihat negara kalian di curi terang-terangan ? Tapi sebelum itu, hormatilah Indonesia, korbankan dirimu demi bangsa, walaupun itu sedikit.

INDONESIA!!!!!
Menjadilah Indonesia.

Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar